Search

Update mengenai COVID-19

Update mengenai COVID-19

Update terkini mengenai coronavirus di Jepang

Mahasiswa Indonesia di Jepang: belum ada kasus yang ditemukan per 28 Februari 2020.

Mahasiswa yang berada di kota dengan kasus coronavirus di Jepang dan kota dengan jumlah wisatawan banyak agar berhati-hati dan mengikuti saran PPIJ untuk menghindari resiko tertular. Peta penyebaran coronavirus dapat dilihat di https://covid19japan.com/

26 Februari 2020: Pemerintah Jepang mengeluarkan himbauan untuk membatalkan atau menjadwal ulang acara di bulan Maret 2020 serta meliburkan SD dan SMP (https://www3.nhk.or.jp/nhkworld/en/news/backstories/892/)

24 Februari 2020: Satu warga negara Jepang terindikasi mengidap demam coronavirus saat mengunjungi Bali namun telah sakit bahkan sebelum pergi (https://www.kompas.com/tren/read/2020/02/24/105739565/wn-jepang-positif-virus-corona-sepulang-dari-indonesia-ini-respons-kemenkes)

18 Februari 2020: 3 WNI positif corona di Jepang, awak kapal Diamond Princess. (https://www.cnbcindonesia.com/news/20200218141545-4-138682/3-wni-positif-corona-di-jepang-ini-pernyataan-lengkap-menlu).

Untuk kondisi darurat hubungi Hotline KBRI 080-9644-7018 dan 080-4940-7419. Email: consular@kbritokyo.jp.

 

Pembahasan mengenai COVID-19 (2019-nCoV)

Secara medis:

1. Tentang virus corona (COVID-19)

Virus ini tergolong ke dalam keluarga yang sama dengan MERS-CoV dan SARS-CoV. Virus corona baru (novel coronavirus) ini pertama kali diidentifikasi tanggal 31 Desember 2019 di Wuhan, China. Sebagai virus zoonotic, atau virus yang ditularkan dari hewan ke manusia, COVID-19 ini fokus menyerang proses translasi RNA pada system biosintesis protein pada sel manusia. Coronavirus sendiri adalah enveloped virus yang memiliki bagian luar dari capsid (protein replikasi RNA) yang terlindungi oleh envelope (membran) yang sulit di kenali oleh sistem imun tubuh sebagai benda asing.

2. Penyebaran

Tidak seperti SARS dan MERS, COVID-19 ini lebih cepat dan mudah menyebar, serta gejalanya sulit diidentifikasi. Virus corona menyebar melalui kontak langsung dengan karier dalam jarak 2 meter. Gejalanya yakni demam, flu, batuk, sesak napas dan sakit tenggorokan. Akan tetapi, setelah terjangkit virus corona, karier akan mengalami masa inkubasi selama 14 hari dimana gejala tersebut belum muncul dan sulit diidentifikasi, sedangkan karier tersebut sudah dapat menularkan virus corona kepada orang lain.

3.Metode pengobatan dan identifikasi virus

  1. Identifikasi virus

Melalui tes plasma darah dari karier. Plasma darah akan diuji untuk menentukan apakah mengandung coronavirus dengan cara mengecek kandungan RNA coronavirus di dalam plasma darah menggunakan RT-PCR dan metode lainnya. Perlu diketahui bahwa saat ini di Jepang, tes PCR hanya bisa dilakukan jika ada permintaan dari Kedutaan Besar atau Pemerintah yang berwenang. Jadi, warga umum tidak bisa meminta tes PCR secara langsung kepada dokter sekalipun memiliki gejala yang hampir mendekati. Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien terduga hanyalah berupa pemeriksaan foto X-Ray pada di area dada dan tes darah. Metode ini hampir serupa dengan metode pemeriksaan klinis yang dilakukan di berbagai rumah sakit dan klinik di Wuhan, RRT.

  1. Metode pengobatan

Per 30 Januari 2019, belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan manusia dari virus COVID-19 secara total atau vaksin yang dapat memberikan imunitas kepada manusia dari virus COVID-19. Pengobatan yang dilakukan adalah pengobatan yang meredakan gejala (demam, flu, batuk dan sesak napas). Serta antivirus yang digunakan untuk menangani pasien HIV, yaitu lopinavir dan ritonavir, yang bekerja memblokir virus dari menyebar dan berkembang.

Secara epidemi:

Pada awalnya, pemerintah China mengklarifikasi bahwa COVID-19 hanya dapat menyebar antara binatang dan manusia melalui research paper yang diterbitkan. Akan tetapi, walaupun sumber penyebaran yaitu Huanan Seafood Market telah ditutup, wabahnya tidak lantas berkurang. Laporan dari WHO (World Health Organization) yang memperkirakan kecepatan penyebaran virus per setiap carier ke manusia lain dengan asumsi antara lain sebagai berikut:

  1. Penyebaran melalui binatang ke manusia (animal-to-human): sekitar 40-200 orang terkena paparan dari hewan yang sakit.
  2. Penyebaran melalui manusia ke manusia (human-to-human): sekitar rata-rata 2-3 orang melalui kontak langsung dalam jarak 2 meter.

 

Secara biologis:

Secara umum, virus corona tidak dapat menginfeksi dan bertahan hidup dalam tubuh manusia. Akan tetapi, per tanggal 30 januari 2019, ditemukan ada 7 jenis virus yang dapat menginfeksi manusia melalui mutasi. 3 diantaranya adalah MERS-CoV, SARS-CoV dan COVID-19 yang tergolong mematikan. Sedangkan 4 diantaranya dapat meninveksi akan tetapi tidak menimbulkan masalah pada tubuh manusia.

Proses mutasi dipengaruhi oleh intensitas virus membelah diri. Semakin banyak ia membelah diri dan bermutasi, maka semakin kuat ia dalam tubuh manusia. Maka dari itu, pemerintah Republik Rakyat Tiongkok setempat melakukan isolasi kota Wuhan untuk mencegah proses mutasi dan jangkauan penyebaran virus. Dalam waktu 2 bulan dari penyebaran virus, ditemukan bahwa virus tersebut telah bermutasi sebanyak 2 kali diambil dari random sampel di penjuru dunia.

Meski belum ditemukannya antivirus yang dapat mengobati 100% dikarenakan terlalu banyak kemiripan COVID-19 dan tubuh manusia, telah ada hipotesis bahwa beberapa mikroba unik, khususnya di Indonesia, yang mengendalikan beberapa sistem tubuh manusia yang bersifat resistanceterhadap virus lain. Akan tetapi, belum ada penelitian lebih lanjut terkait yang membenarkan.

Secara sosial:

Meskipun outbreak COVID-19 memang mengkhawatirkan dilihat dari penyebarannya yang cepat, banyak orang yang terlalu melebih-lebihkan keadaan. Secara psikologis, manusia cenderung berpikir terlalu jauh dan mengabaikan kenyataan. Faktanya, COVID-19 hanya akan mematikan bagi manusia yang memiliki system kekebalan tubuh yang lemah serta memiliki penyakit lain pada tubuhnya. Telah diidentivikasi bahwa dari 7783 kasus di penjuru dunia, 170 orang yang meninggal dunia adalah golongan lansia dan orang yang terjangkit penyakit lain. Sedangkan, 133 kasus yang sembuh dari golongan anak-anak, remaja dan orang dengan system kekebalan tubuh yang kuat. Hal ini didasari dari kekhawatikan masyarakat yang berlebihan serta kurangnya transparansi pemerintah mengenai update terbaru COVID-19.

Dibandingkan penyebaran virus SARS pada tahun 2002-2003 dan MERS pada tahun 2012, informasi mengenai COVID-19 menyebar melalui media dengan sangat cepat, didukung oleh pengaruh social media dan platform berita di internet. Informasi tersebut tidak semuanya kredibel dan sesuai dengan fakta. Disarankan adanya kebijakan pembaca dalam menerima informasi dari sumber yang tepat.

Secara ekonomi, pasar Tiongkok turun sebanyak 3% pada akhir januari sebagai dampak isolasi kota Wuhan sebagai salah satu kota industry di Tiongkok. Hal ini juga di pengaruhi dari reputasi Tiongkok di mata dunia dan stigma masyarakat maupun pemerintah yang cenderung meng-klaim warga Tiongkok secara keseluruhan.

Sebagai poin positif, dapat kita lihat respon masyarakat Indonesia terhadap masalah kesehatan yang cenderung preventif. Kedepannya, diharapkan meningkatnya kesadaran terhadap pentingnya kesehatan serta pemerintah dapat memperbaharui kebijakan mengenai standar fasilitas kesehatan di masyarakat

 

Saran dan Himbauan dari PPI Jepang untuk menghindari resiko tertular COVID-19:

  1. Jaga kebersihan dengan mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alcohol 70%
  2. Hindari tempat pariwisata atau gunakan masker ketika berada di fasilitas umum (masker yang digunakan jenis surgical mask)
  3. Jaga kesehatan dan daya tahan tubuh dengan makan makanan sehat, tidur cukup dan olahraga kecil jika memungkinkan
  4. Tutup mulut ketika bersin dengan menggunakan sikut, bukan telapak tangan
  5. Hindari memegang area wajah, khususnya mulut, dengan telapak tangan terlalu sering.
  6. Jika baru datang dari daerah terindikasi virus, karantina diri selama 14 hari di rumah, pastikan tubuh tidak terjangkit virus sebelum beraktifitas dengan orang lain.
  7. Jika merasa kurang sehat, langsung hubungi dokter/klinik/rumah sakit dan sampaikan keluhan gejalasejelas-jelasnya.
  8. Cek kembali berita yang dibaca, apakah kredibel atau tidak, hindari informasi yang sifatnya kontroversial dan sensasional karena kebanyakan adalah click-bait media. Jika ragu, tanyakan kepada ahli atau cek informasi terkait di website terpercaya, (WHO dan CDC)
  9. Beri dukungan kepada orang sekitar atau teman yang kemungkinan besar terdiskriminasi yang memiliki asosiasi dengan etnis Tionghoa, terutama jika orang tersebut sedang tidak sakit.

 

 

Daftar bacaan lebih lanjut

Huang, et al., (2019) Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. The Lancet, 395(10223), 497-506. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30183-5

Lloyd-Smith, et al., (2005) Superspreading and the effect of individual variation on disease emergence. Nature, 438, 355-359, https://doi.org/10.1038/nature04153

Imai, et al., (2020) Report3: Transmisibility of 2019-COVID-19. WHO Collaborating Centre for Infectious Disease Modelling, MRC Centre for Global Infectious Disease Analysis. Laporan khusus dapat diunduh di https://www.imperial.ac.uk/media/imperial-college/medicine/sph/ide/gida-fellowships/Imperial-2019-COVID-19-transmissibility.pdf,

Laporan terkini mengenai analisis wabah coronavirus COVID-19 oleh WHO dapat dilihat di https://www.imperial.ac.uk/mrc-global-infectious-disease-analysis/news–wuhan-coronavirus/

Panduan dari KBRI Tokyo mengenai coronavirus https://kbritokyo.jp/pengumuman-terkait-virus-corona/

Panduan dari Kemenkes mengenai coronavirus http://infeksiemerging.kemkes.go.id

Untuk kondisi darurat hubungi Hotline KBRI 080-9644-7018 dan 080-4940-7419. Email: consular@kbritokyo.jp.

 

Tim Kajian

Penanggung jawab: Elza Firdiani Sofia

Ketua Tim Kajian: Fauzan Alfi Agirachman

Notulensi: Sitti Nurahmadhani Salam

Pengkaji:

Fauzan Alfi Agirachman, S3 Shibaura Institute of Technology, pengkaji umum

David Chen, S3 Osaka University, pengkaji biologi

Fujianti, S3 Utsunomiya University, pengkaji medis

Elza Firdiani Sofia, S3 Tohoku University, pengkaji epidemiologi

Ratu Bintang Assyifa Arweys, S1 Tokyo International University, pengkaji sosial

1 Comment

Leave a Reply